Minggu, 05 November 2017

24 Penyakit Karena Burung Walet

Burung walet sangat dikenal masyarakat karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Sarang burung walet diyakini banyak manfaatnya untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah, dan penambah tenaga. Bahkan, cerita yang berkembang di masyarakat, burung walet bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit berat. Sarang tersebut pun memiliki daya pembugar tubuh dan mengandung 9 octadecenoc acid.

Namun, tak banyak yang tahu jika burung walet memiliki sisi negatif yang juga merugikan manusia. Burung walet bisa menyebabkan 24 jenis penyakit pada manusia jika letak kandangnya tidak sesuai dengan aturan. Ke-24 jenis penyakit ini menyerang otak, syaraf, dan penyakit lainnya yang ada pada burung walet.

Menurut peneliti burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mas Nurjito, penyakit tersebut disebarkan melalui air liur, napas, dan kotoran walet. Orang yang terkena virus dari burung walet biasanya merasa pusing, lemas, dan lelah. Penyakit yang ditimbulkan sangat berbahaya. Jika virus tersebut menyerang syaraf orang tersebut bisa menjadi lumpuh, ungkap Nurjito dalam acara orientasi wartawan konservasi satwa liar (Owaka) 2008 di Bogor, akhir pekan lalu.

Bahkan, beberapa waktu lalu di Provinsi Bangka Belitung, ungkapnya, terdapat satu rumah berisi penangkaran burung walet yang dihancurkan warga, karena diindikasikan menjadi penyebab flu burung. Beberapa bulan terakhir ini, warga Lampung misalnya, mengeluhkan pusing dan lemas. Mereka menuduh sarang burung walet yang terletak beberapa meter dari rumahnya sebagai penyebab. Namun hingga kini, tempat sarang burung walet ini masih tetap berdiri karena belum adanya penelitian secara mendetail tentang burung walet. Menurut Nurjito, hal yang sama terjadi di beberapa daerah.

Diakui Nurjito, tak banyak orang yang tahu tentang penyakit yang disebabkan burung walet. Karena nilai ekonomisnya besar, tak banyak yang peduli penyakit yang ditimbulkan. Padahal seharusnya, keuntungan dari sarang burung walet tersebut menjadi keuntungan pula untuk penduduk sekitarnya. Walaupun diakuinya, hingga kini belum ada regulasi yang jelas tentang burung walet.

Menurut Nurjito, idealnya, pengembangan sarang burung walet dilakukan di dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1.000 m dpl. Daerah itu pun harus jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat. Untuk menjaga keamanan burung walet, sarangnya harus berada di daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging. Idealnya, pengembangan burung walet dilakukan di persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, dan rawa-rawa. Namun dalam implementasinya di lapangan, banyak peternak burung walet yang membuat sarang walet di tengah masyarakat. Bahkan, menurut Nurjito, dia menemukan satu keluarga yang hidup dengan walet. Rumahnya terdiri dari tiga lantai. Satu lantai paling bawah digunakan untuk kediaman keluarganya, dan dua lantai di atasnya digunakan untuk ternak burung walet, ungkapnya.

Fungsi ekologis

Menurut Nurjito, Indonesia merupakan pusat sarang burung walet di dunia. Kebutuhan sarang burung walet pun per tahun terus meningkat di dunia, sehingga bisnis sarang burung walet semakin menarik. Dari pelatihan yang dibimbingnya, peserta pelatihan selalu bertanya bagaimana cara membudidayakan burung walet tersebut.

Burung Walet merupakan burung pemakan serangga dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap, dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.

Beberapa jenis walet membuat sarang dengan air liurnya (saliva). Sarang jenis inilah yang dapat dimakan sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Sarang tersebut biasanya dimasak untuk campuran obat tradisional atau makanan mewah. Jenis walet di Indonesia yang sarangnya dapat dimakan adalah dari jenis walet sarang putih (Aerodramus fuciphagus) dan walet sarang hitam (Aerodramus maximus). Burung walet sampai saat ini lebih dikenal dari sisi ekonomisnya saja. Padahal, burung walet mempunyai fungsi ekologis yang tidak kalah pentingnya. Sebagai burung pemakan serangga, burung walet berpotensi besar sebagai pengendali serangga hama.

Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk menghasilkan serangga adalah dengan menanam tanaman dengan tumpang sari, budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk, membuat kolam dipekarangan rumah walet, menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah. ren

Ikhtisar:

- Sarang burung walet harusnya berada jauh dari pemukiman penduduk. 
- Sebagai burung pemakan serangga, burung walet berpotensi besar sebagai pengendali serangga hama.

Sumber : Republika (21 Januari 2008)
LIPI 24 Januari 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Karya Nunukan Empat